Archive for April 2022
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Salam
bahagia untuk kita semua.
Perkenalkan,
nama saya Mohammad Arifin. Saya adalah Calon Guru Penggerak Kota Semarang
Angkatan 4. Saya bertugas di SD Negeri Kemijen 04 Semarang. Saat ini saya
dengan menempuh pendidikan guru penggerak yang saat ini memasuki modul 3.1
Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam kesempatan ini, saya
akan menuliskan kesimpulan atau sintesis dari keseluruhan materi yang telah
didapat.
Bob
Talbert pernah mengatakan, “Teaching kids
to count is fine but teaching them what counts is best”, yang artinya mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik. Nasihat tersebut menagjarkan kita untuk tidak hanya
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus mengajarkan
hal-hal yang utama atau berharga dalam kehidupan. Lebih-lebih sekolah juga
memainkan peran sebagai institusi moral yang dirancang untuk mengajarkan
norma-norma sosial.
Sebagai
pemimpin pembelajaran, guru memiliki posisi yang strategis untuk menjadi
teladan dalam mewujudkan profil pelajar pancasila. Keputusan-keputusan yang
diambil guru akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi guru tersebut
dan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Pengambilan
keputusan yang dilakukan seorang guru perlu mempertimbangkan banyak hal
sehingga seyogyanya menyediakan waktu, perhatian, dan pikiran dalam proses pengambilan
keputusan. Dalam konteks ini, para guru diharapkan mampu memutuskan hal-hal
baik dan utama dengan cara-cara yang baik pula. Marilah kita mulai membahasnya
dengan membahas pemikiran guru bangsa kita, Ki Hadjar Dewantara.
A.
Pengaruh
Pratap Triloka terhadap Pengambilan Keputusan
Sosok
Ki Hadjar Dewantara tidak bisa dilepaskan dalam sejarah perjalanan pendidikan
di Indonesia. Pejuang kemerdekaan yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat itu memiliki jasa besar dalam mempelopori pendidikan nasional.
Beliau adalah pendiri perguruan Taman Siswa yang merupakan pelopor terbentuknya
sistem pendidikan khas Indonesia menuju manusia merdeka lahir dan batin.
Meskipun beliau mempelajari ilmu paedagogi dari eropa akan tetapi konsep
pendidikan yang dikemukakannya sangat membumi dan berakar pada budaya nasional.
Bisa dikatakan beliau adalah seorang filsuf pendidikan dan kebudayaan bagi
bangsanya sendiri. Berkat jasa-jasa beliau, tanggal 02 Mei yang merupakan
tanggal lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Salah
satu pemikiran beliau yang masyhur adalah Pratap Triloka. Ada tiga semboyan
pratap triloka yang menjadi landasan pendidik hingga saat ini, yaitu ing ngarso sung tulodho (di depan
memberi teladan), ing madyo mangun karso (di
tengah membangun semangat), dan tut wuri
handayani (di belakang memberi dorongan, pengaruh dan motivasi). Pelaksanaan pratap tersebut
bersendikan kodrat alam, kemerdekaan, dan berjiwa kekeluargaan atau sistem
among. Kebahagiaan dan keselamatan murid merupakan tujuan utama pendidikan.
Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran, filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh besar
terhadap pengambilan keputusan. Setiap anak memiliki kodratnya masing-masing
maka tugas guru adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar tidak
kehilangan arah dan yang bisa membahayakan dirinya. Dalam menuntun, anak juga
diberi kebebasan untuk menentukan keputusannya sendiri sehingga dapat menemukan
kemerdekaannya dalam mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
Sebagai
pemimpin pembelajaran perlu senantiasa berpedoman pada Pratap Triloka dalam
setiap pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah proses yang
dilakukan melalui pertimbangan tertentu dalam memilih alternatif yang terbaik
untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Keputusan yang diambil guru harus
senantiasa mencerminkan keteladanan sehingga patut untuk dicontoh. Namun tidak
boleh selalu di depan untuk dicontoh tetapi juga sesekali memerankan diri
menjadi teman yang membangun semangat dan kesadaran bagi murid-muridnya. Selain
itu, agar tumbuh kreativitas murid maka seorang guru perlu mundur ke belakang untuk
memberikan dorongan dan motivasi kepada murid. Gaya pemimpin semacam itulah
yang mencerminkan guru yang berpihak pada murid karena dapat memberi contoh,
menghidupkan semangat, dan mendorong keputusan mandiri murid yang menumbuhkan
kreativitas.
B.
Pengaruh
Nilai-nilai dalam Pengambilan Keputusan
Disadari
maupun tidak, setiap diri memiliki nilai-nilai hidup yang yakini dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang ada pada diri seseorang
menggambarkan hal-hal yang benar atau hal-hal yang penting dan mendasar.
Nilai-nilai individu berkembang pada masa-masa awal kehidupan sebagai hasil
dari interaksi dan pengalaman individu dengan orang yang berpengaruh dalam
kehidupannya. Nilai-nilai personal bersifat intrinsik dan bukan standar
eksternal yang diterapkan pada diri sendiri. Nilai-nilai personal seseorang
bagaikan fenomena gunung es yang terlihat kecil di permukaan namun begitu besar
dan dalam di alam bahwa sadar.
Nilai
personal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Alasannya ialah perbuatan manusia mencerminkan pikirannya sedangkan
pikirannya merupakan refleksi dari nilai-nilai yang dipercayainya. Pemimpin
pembelajaran akan sulit menyembunyikan nilai-nilai yang dianutnya sebab
nilai-nilai tersebut akan nampak pada ucapan dan tindakannya. Dengan kata lain,
nilai-nilai yang dianut seseorang akan mewarnai atau menjiwai setiap keputusan
yang diambil.
Mengingat
besarnya pengaruh nilai-nilai personal terhadap setiap keputusan yang diambil
maka sangat penting bagi pemimpin pembelajaran untuk memiliki nilai-nilai
kebajikan dalam hidupnya. Terutama nilai-nilai kebajikan yang bersifat
universal sehingga cocok untuk berbagai pihak. Lebih-lebih proses pengambilan
keputusan tidak serta merta didasarkan atas intuisi semata melainkan didasarkan
pula atas kebajikan universal, kepentingan murid, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Contoh nilai-nilai kebajikan universal ialah: Keadilan,
Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih
Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.
Sebagai
contoh ialah nilai reflektif. Nilai ini akan berpengaruh besar terhadap proses
guru dalam mengambil keputusan. Guru yang menganut nilai reflektif akan selalu
melewati proses refleksi atas keputusan yang akan diambil. Nilai refleksi ini
sangat penting untuk mempertimbangkan bahwa apakah keputusan yang akan diambil
sudah benar atau belum, sudah berpihak pada murid atau tidak. Lebih-lebih
fenomena dilemma etika sering terjadi baik dalam tugas keprofesian maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Pengambilan Keputusan melalui Coaching
Pada
modul 2, saya telah mendapatkan bimbingan dan fasilitasi materi coaching. Kegiatan coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil, dan sistematis, dimana coach memfasilitasi
peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan
pertumbuhan pribadi. Peran coach dalam coaching
lebih kepada membantu coachee untuk
belajar daripada mengajarinya. Materi tersebut sangat membantu dalam menggali
akar masalah dalam diri, dan menggunakan potensi dalam diri untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Dalam
pembelajaran coaching, Calon Guru Penggerak (CGP) bukan hanya belajar secara
teoritis namun juga belajar secara praktik. Secara teoritis, CGP disajikan
materi pelajaran untuk dipahami dan didiskusikan serta dielaborasikan dengan
pemahaman instruktur. Secara praktis, CGP melakukan praktik coaching dengan
rekan guru CGP dan dengan murid di sekolah. Model coaching yang didalami ialah model TIRTA. Model tersebut
mengarahkan pada tahap-tahap penentuan Tujuan,
Identitifikasi masalah, penentuan Rencana aksi, dan penentuan upaya-upaya
sebagai bentuk TAnggung jawab.
Dalam
pengambilan dan pengujian keputusan melalui pendekatan coaching dengan model TIRTA sudah cukup efektif dalam memupuk
kemandirian dalam mengambil keputusan secara bertanggung jawab. Keterampilan coaching sangat membantu guru dalam
membersamai murid untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam coaching
dapat menstimulus coachee untuk
berpikir kritis, mendalam dan memotivasi. Pertanyaan-pertanyaan pengujian
keputusan yang dapat digunakan dalam coaching contohnya ialah seperti: bagaimana dengan nilai-nilai kebajikan
universal? Bagaimana kebermanfaatannya dengan orang banyak? Bagaimana
pertanggungjawaban atas keputusan yang diambil? Biasanya coachee akan merasakan potensinya
tergali dan berkembang sehingga menambah keyakinan dirinya sendiri.
Keterampilan
coaching akan membantu guru dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai
pilihan sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik. Guru dapat
mengidentifikasi masalah dan membuat keputusan yang berpihak pada murid.
Terutama untuk mengatasi masalah-masalah yang mengandung dilemma etika dan
bujukan moral. Selain itu, guru juga dapat membantu murid-muridnya untuk
membuat keputusan sendiri secara bertanggung jawab. Sebab, guru diharapkan
mampu memahami kondisi sosial emosional murid dan menggali potensi yang
dimiliki murid-muridnya.
D.
Pengaruh
Kemampuan Guru dalam Mengelola dan Menyadari Aspek Sosial Emosionalnya Terhadap
Pengambilan Keputusan.
Biasanya guru dihadapkan pada situasi yang sulit.
Setiap pilihan mengandung konsekuensi yang tidak mudah. Lebih-lebih saat
menghadapi permasalahan yang dilematis dan kompleks. Sering terjadi,
pilihan-pilihan yang ada tidak mampu mengakomodir semua harapan para pemangku
kepentingan. Dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi
konsekuensi dari keputusan yang kita ambil. Guru harus tetap tenang dan fokus
pada solusi. Guru harus sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang
terjadi serta berupaya meminimalisir kesalahan.
Kesadaran penuh (mindful)
dalam proses pengambilan keputusan sangat dibutuhkan untuk mengarahkan diri
pada keputusan yang paling berpihak pada kepentingan murid-murid. Kompetensi
yang dibutuhkan ialah kesadaran diri (self
awareness), pengelolaan diri (self
management), kesadaran sosial (social
awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya sendiri sangat penting karena berpengaruh pada proses
dan hasil pengambilan keputusan. Keputusan yang salah akan berdampak buruk pada
kepentingan murid.
E.
Pembahasan
Studi Kasus yang Fokus pada Masalah Moral atau Etika kembali kepada Nilai-Nilai
yang Dianut.
Setiap
pembahasan mengenai studi kasus pada masalah moral atau etika selalu kembali
pada nilai-nilai yang dianut guru. Moral dan etika sifatnya sangat pribadi dan
tertanam sejak kecil melalui pengalaman hidup dan orang-orang yang berpengaruh
bagi pihak yang bersangkutan. Keputusan baik atau buruk terhadap suatu
peristiwa selalu dipandu oleh nilai-nilai yang dianut oleh guru. Dalam hal ini
sangat jelas bahwa nilai-nilai sangat menentukan terhadap keputusan yang
diambil seseorang.
Pembahasan
studi kasus yang berfokus pada moral dan etika memerlukan kesadaran diri dan
keterampilan berhubungan sosial. Untuk memudahkannya, kita dapat menggunakan
konsep Sembilan Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan. Langkah pertamanya
ialah mengenali nilai-nilai yang bertentangan. Apakah benar melawan benar atau
benar melawan salah. Jika benar melawan benar maka kasus tersebut adalah
dilemma etika sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang memegang peranan
penting terhadap paradigma dan prinsip apa yang diambil. Namun jika kasus yang
dibahas ialah benar melawan salah maka kasus tersebut tergolong pada bujukan
moral yang mana nilai-nilai kebajikan yang dianut seorang guru otomatis akan
berperan sebagai filter dalam merumuskan keputusan yang tepat sesuai
norma-norma yang berlaku.
F.
Pengambilan
Keputusan yang Tepat Berdampak Pada Lingkungan yang Positif, Kondusif, Aman dan
Nyaman.
Pemimpin pembelajaran harus berupaya untuk melakukan
pengambilan keputusan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang tepat akan
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, aman dan nyaman. Keputusan
yang tepat akan memuaskan lebih banyak pihak terutama bagi murid. Dengan begitu
lingkungan belajar akan lebih positif, kondusif bagi pembelajaran, aman, dan
nyaman untuk proses pembelajaran.
Untuk memastikan lingkan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman maka dalam pengambilan keputusan seharusnya didasarkan pada
aspek penting, yaitu nilai-nilai kebajikan universal, kepentingan murid dan
tanggung jawab. Hasilnya akan lebih mudah memuaskan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam menghadapi dilemma etika, guru harus mampu menganalisis
pengambilan keputusan yang berpegang teguh pada nilai-nilai universal, 4
paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan serta 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan terdapat langkah refleksi pada bagian akhirnya. Hal tersebut
memungkinkan seseorang untuk mengubah keputusannya jika diketahui tidak tepat
setelah dilakukan refleksi. Meskipun setiap keputusan tidak serta merta akan
memenuhi kepentingan semua pihak namun setidaknya dapat mengutamakan skala
prioritas, kebermanfaatan, dan peminimalan dampak negatif sehingga lingkungan
yang kondusif bagi murid tetap terjaga.
G.
Kesulitan-Kesulitan
Dihadapi untuk Menjalankan Pengambilan Keputusan.
Menghadirkan
hal baru tidak selalu mudah. Di lingkungan saya, tidak luput dari
kesulitan-kesulitan penerapan pengambilan keputusan dilemma etika. Adapun
kesulitan-kesulitan yang saya hadapi di antaranya ialah:
1.
Perbedaan persepsi dan cara pandang
untuk menerima hal-hal baru dari rekan sejawat.
2.
Belum adanya pemahaman yang sama tentang
dilemma etika dan bujukan moral.
3.
Adanya mempertahankan pola pikir lama
yang menjadi landasan berpikir sehari-hari.
4. Rendahnya keberanian dalam memutuskan
dilemma etika sebagai akibat dari pengalaman buruk masa lalu.
5. Warga sekolah kurang memiliki komitmen
yang tinggi dalam menjalankan keputusan bersama.
Apabila
disimpulkan, kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan
kembali pada masalah perubahan paradigma di lingkungan saya. Perubahan
paradigma merupakan kunci penerimaan dan penerapan hal-hal baru yang positif.
H.
Pengaruh
Pengambilan Keputusan yang Kita Ambil dengan Pengajaran yang Memerdekakan
Murid-Murid Kita.
Keputusan
yang kita ambil akan mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita. Keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif,
aman, dan nyaman. Kondisi tersebut tentu akan memerdekakan murid-murid secara
lahir dan batin. Dengan kata lain, keberpihakan pada murid seperti menghargai
perbedaan kebutuhan belajar dan karakteristik anak akan mendorong konsep
merdeka belajar. Sebaliknya, keputusan yang tidak berpihak pada murid akan
berpotensi pada rendahnya kemerdekaan murid dalam belajar. Pengambilan
keputusan mencakup berbagai aspek dalam pembelajaran mulai dari perencanaan,
proses, penggunaan media, hingga penilaian pembelajaran.
I.
Seorang
Pemimpin Pembelajaran dalam mengambil Keputusan dapat Mempengaruhi Kehidupan
atau Masa Depan Murid-Muridnya.
Anak-anak
adalah ciptaan Tuhan, dan ciptakan Tuhan tidak ada yang gagal. Setiap anak
direncanakan baik oleh Tuhan di masa depannya. Mereka adalah tunas-tunas bangsa
dan pemimpin kita di masa tua. Kesalahan dalam mendidik titipan Tuhan ini akan
menghambat masa depannya. Dalam hal ini peran guru sangat penting dan strategis
dalam mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-murid.
Ki
Hadjar Dewantara mengibaratkan guru sebagai petani dan murid-murid sebagai
tanamanannya. Tugas petani adalah merawat tanaman agar tumbuh dengan subur
sesuai dengan kodratnya.Untuk menghasilkan tanaman yang baik maka perawatannya
juga harus maksimal. Salah perawatan akan mengurangi kualitas tanaman yang
dihasilkannya nanti. Sama halnya dengan murid yang sedang memperoleh didikan
dari guru. Pendidikan yang memaksimalkan perkembangan anak akan menghasilkan
murid-murid yang memiliki masa depannya cerah.
Pendidikan
yang baik tidak lepas dari keputusan-keputusan yang diambil guru sebagai
pemimpin pembelajaran. Keputusan harus dipertimbangkan dengan matang melalui
proses yang sistematis karena guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
Proses pembelajaran diibaratkan sebagai proses perawatan untuk memaksimalkan
perkembangan potensi anak. Proses pembelajaran yang baik akan membawa
kesuksesan bagi anak dan pembelajaran yang buruk akan menyulitkan masa depan
anak.
J.
Kesimpulan
Akhir
Guru
bertugas menuntun segala kodrat yang ada pada diri anak baik kondrat zaman
maupun kodrat alam untuk mencapai kemerdekaan murid dalam belajar. Dalam
menuntun guru perlu mengdepankan pratap triloka: ing ngarso sung thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani. Keputusan-keputusan
yang diambil guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya dilakukan secara
bertanggung jawab. Artinya, pengambil keputusan mampu membuat pilihan-pilihan
yang konstruktif terkait perilaku pribadi dan interaksi sosial berdasarkan
standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial.
Dibutuhkan
nilai-nilai kebajikan universal untuk dapat menentukan keputusan yang tepat dan
risiko yang paling kecil serta berpihak pada kepentingan murid. Contoh
nilai-nilai kebajikan misalnya: keadilan, komitmen, kreativitas, kerja sama,
dan percaya diri. Selain itu, dibutuhkan pula kesadaran penuh (mindfullness) dalam pengambilan
keputusan. Dalam kondisi sadar penuh, perasaan seseorang akan lebih tenang dan
pikiran menjadi jernih sehingga keputusan menjadi lebih responsif dan
reflektif. Kompetensi yang diperlukan ialah kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills).
Diperlukan kemampuan untuk mengelola dan menyadari aspek sosial emosional guru
sendiri sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Keterampilan
coaching dapat membantu dalam praktik
pengambilan keputusan. Guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu
untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Guru
harus membimbing murid agar para murid dapat menentukan keputusan terbaiknya
untuk kebaikan hidup masa kini dan masa depan. Keterampilan coaching tidak hanya digunakan untuk
murid melainkan juga dapat digunakan untuk rekan-rekan sejawat.
Pengambilan
keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman. Tahap-tahap yang dapat dilakukan ialah:
1. Mengidentifikasi jenis paradigma yang
sesuai dengan kasus yang dihadapi.
2.
Memilih 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan
untuk membuat keputusan.
3. Menerapkan 9 (sembilan) langkah
pengambilan dan pengujian keputusan.
4.
Bersikap reflektif, kritis, serta
kreatif dalam menerapkan proses tersebut.
Demikianlah
pembahasan koneksi antar materi modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya. Tentunya
masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk perbaikan ke depannya. Semoga bermanfaat. Aamiin.!
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.